Jumat, 25 April 2014

SELALU DISERTAI CAHAYA ALLAH

ABBAD BIN BISYIR


Ketika Mush'ah bin Umeir tiba di Madinah-sebagai utusan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah bai'at kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan shalat, maka'Abbad bin Bisyir radhiallahu anhu adalah seorang budiman yang telah dibukakan Allah hatinya untuk menerima kebaikan. la datang menghadiri majlis Mush'ab dan mendengarkan da'wahnya, lain diulurkan tangannya mengangkat bai'at memeluk Islam. Dan semenjak saat itu mulailah ia menempati kedudukan utama di antara orang-olang Anshar yang diridlai oleh Allah serta mereka ridla kepada Allah ....
Kemudian Nabi pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang Mu'min dari.Eulekah tiba di sana. Dan mulailah terjadi peperangan-peperangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya yang tak henti-hentinya memburu Nabi dan ummat Islam. Kekuatan pembawa cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan gelap dan kejahatan. Dan pada setiap peperangan itu 'Abbad bin Bisyir berada di barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagumkan ....
Dan mungkin peristiwa yang kita paparkan di bawah ini dapat mengungkapkan sekelumit dari kepahlawanan tokoh Mu'min ini....
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  dan Kaum Muslimin selesai menghadapi perang Dzatur Riqa', mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam :memilih beberapa orang shahabatnya untuk berkawal secara bergiliran. Di antara mereka terpiiih 'Ammar bin Yasir dan 'Abbad bin Bisyir yang berada pada satu kelompok.
Karena dilihat oleh 'Abbad bahwa kawannya 'Ammar sedang lelah, di usul kannyalah agar 'Ammar tidur lebih dulu dan ia akan berkawal. Dan nanti bila ia telah mendapatban istirahat yang cukup, maka giliran 'Ammar pula berkawal menggantikannya.
'Abbad melihat bahwa lingkungan sehelilingnya aman. Maka timbullah fikirannya, kenapa ia tidak mengisi waktunya dengan melakukan shalat, hingga pahala yang akan diperoleh akan jadi berlipat ... ? Demikianlah ia bangkit melakukannya ....
Tiba-tiba sementara ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Quran setelah al-Fatihah sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Maka dicabutnya anak panah itu dan diteruskannya shalatnya.....
Tidak lama antaranya mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota badannya.
Tetapi ia tak hendak menghentikan shalatnya hanya dicabutnya anak panah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan surat.
Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya lalu untuk ketiga kalinya. 'Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat. Setelah itu ia ruku' dan sujud ...,sementara tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan lelah.
Lalu antara sujud itu diulurkannya tangannya kepada kawanya yang sedang tidur di sampingnya dan ditarik-tariknya ia sampai terbangun.
Dalam pada itu ia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan shalatnya.
'Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang tak putus-putus menahan sakit: "Gantikan daku mengawal ..., karena aku telah kena... !"'Ammar menghambur dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan takutnya musuh yang menyelinap. Mereka melarikan diri, sedang 'Ammar berpaling kepada temannya seraya katanya: "Subhanallah ... ! Kenapa saya tidak dibangunkan ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi...," Ujar 'Abbad: -
"Ketika daku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya ... ! Dan demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu ... !"
'Abbad amat cinta sebali kepada Allah, kepada Rasul dan kepada Agamanya .... Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya. Dan semenjak Nabi shallallahu alaihi wasalam  berpidato dan mengarahkan pembicaraannya kepada Kaum Ansbar, ia termasuk salah seorang di antara mereka. Sabdanya:
"Hai golongan Anshar... !
Kalian adalah inti, sedang golongan lain bagai kulit ari!
Maka tak mungkin aku dicederai oleh pihak kalian ..,!''
Semenjak itu, yakni semenjak 'Abbad mendengar ucapan ini dari Rasulnya, dari guru dan pembimbingnya kepada Allah, dan ia rela menyerahkan harta benda nyawa dan hidupnya di jaIan Allah dan di JaIan Rasul-Nya ..., maka kita temui dia di arena pengurbanan dan di medan iaga muncul sebagai orang pertama, sebaliknya di waktu pembagian keuntungan dan harta rampasan, sukar untuk ditemubannya
Di samping itu ia adalah seorang ahli ibadah yang tekun ..., seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang ...,seorang dermawan yang rela berqurban ...,dan seorang mu'min sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanannya ini ... !
Keutamaannya ini telah dikenai luas di antara shahabat-shahabat Rasul. Dan Aisyah radhiallahu anha  Ummul Mu'minin pernah mengatakan tentang dirinya:  Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat diatasi oleh seorang pun juga yaitu:
Sa'ad bin Mu'adz, Useid bin Hudlair dan 'Abbad bin Bisyir... !"
Orang-orang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa 'Abbad adalah seorang tokoh yang beroleh karunia berupa cahaya dari Allah .... Penglihatannya yang jelas dan beroleh penerangan, dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah-payah. Bahkan kepercayaan shahabat-shahabatnya mengenai cahaya ini sampai ke suatu tingkat yang lebih tinggi, bahwa ia merupakan benda yang dapat terlihat. Mereka sama sekata bahwa bila 'Abbad berjalan di waktu malam, terbitlah daripadanya berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi baginya jalan yang akan ditempuh ....
Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggal Rasulullah shallallahu alaihi wasalam maka 'Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tak ada taranya ... i Apalagi dalam pertempuran Yamamah di mana Kaum Muslimin menghadapi balatentara yang paling kejam dan paling berpengalaman dibawah pimpinan Musailamatul Kaddzab, 'Abbad melihat bahaya besar yang mengancam Islam. Maka jiwa pengurbanan dan teras kepahlawanannya mengambil bentuk sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh keimanannya, dan meningkat ke taraf yang sejajar dengan kesadarannya akan bahaya tersebut, hingga menjadikannya sebagai prajurit yang berani mati, yang tak menginginkan kecuali mati syahid di jalan Ilahi ....
Sehari sebelum perang Yamamah itu dimulai,'Abbad mengalami suatu mimpi yang tak lama antaranya diketahui Ta'birnya secara gamblang dan terjadi di arena pertempuran sengit yang diterjuni oleh Kaum Muslimin.
Dan marilah kita panggil seorang shahabat mulia Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu anhu untuk menceritakan mimpi yang dilihat oleh 'Abbad tersebut begitu pun Ta'birnya, serta peranannya yang mengagumkan dalam pertempuran yang berakhir dengan syahidnya....
Demikian cerita Abu Sa'id: " 'Abbad bin Bisyir mengatakan kepadaku: -- "Hai Abu
Sa'id! Saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi ... !
Saya yakin bahwa ta'birnya insya Allah saya akan menemui syahidnya ... !" "Demi Allah!" ujarku, "itu adalah mimpi yang baik ... !"
"Dan di waktu perang Yamamah itu saya lihat ia berseru kepada orang-orang Anshar: "Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian .. !"
Maka segeralah menyerbu mengiringkannya sejumlah empat ratus orang dari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu gerbang taman bunga, lalu bertempur dengan gagah berani.
Ketika itu 'Abbad -- semoga Allah memberinya rahmat menemui syahidnya. Wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya ... !"
Demikianlah 'Abbad meningkat naik ke taraf yang sesuai untuk memenuhi kewajibannya sebagaiseorang Mu'min dari golongan Anshar, yang telah mengangkat bai'at kepada Rasul untuk membaktikan hidupnya bagi Allah dan menemui syahid di jalan-Nya ...
Dan tatkala pada permulaannya dilihatnya neraca pertempuran sengit itu lebih berat untuk kemenangan musuh, teringatlah olehnya ucapan Rasulullah terhadap Kaumnya golongan Anshar:
-- "Kalian adalah inti ... ! Maka tak mungkin saya dicederai oleh pihak kalian!"
Ucapan itu memenuhi rongga dada dan hatinya, hingga seolah-olah sekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang-ulang kata-katanya itu ... 'Abbad merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan itu terpikul hanya di atas bahu golongan Anshar semata ...atau di atas bahu mereka sebelum golongan lainnya ... ! Maka ketika itu naiklah ia ke atas sebuah bukit lalu berseru: -- "Hai golongan Anshar ... ! Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu dari golongan lain... !"
Dan ketika seruannya dipenuhi oleh empat ratus orang pejuang, 'Abbad bersama Abu Dajanah dan Barra' bin Malik mengerahkan rnereka ke taman maut, suatu taman yang digunakan oleh Musailamah sebagai benteng pertahanan…..dan pahlawan besar itu pun berjuanglah sebagai layaknya seorang laki-laki, sebagai seorang Mu'min ..., dan sebagai seorang warga anshar ....
Dan pada hari yang mulia itu, pergilah 'Abbad menemui syahidnya .,. ! Tidak salah mimpi yang dilihat dalam tidurnya semalam ,,. ? Bukankah ia melihat langit terbuka, kemudian setelah ia masuk ke celahnya yang terbuka itu, tiba-tiba langit
bertaut dan tertutup kembali... ! Dan mimpi itu dita'wilkannya bahwa pada pertempuran yang akan terjadi ruhnya akan naik ke haribaan Tuhan dan penciptanya
Sungguh, benarlah mimpi itu dan benarlah pula ta'birnya ... ! Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut ruh 'Abbad bin Bisyir dengan gembira, yakni searang tokoh yang oleh Allah diberi cahaya....


OTAKNYA MENJADI GUDANG PERBENDAHARAAN PADA MASA WAHYU

Abu Hurairah radhiallahu 'anhu

Memang benar, bahwa kepintaran manusia itu mempunyai akibat yang merugikan dirinya sendiri. Dan orang-orang yang mempunyai bakat-bakat istimewa, banyak yang harus membayar mahal, justru pada waktu ia patut menerima ganjaran dan penghargaan…
Shahabat mulia Abu Hurairah termasuk salah seorang dari mereka…….Sungguh dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan …..Abu Hurairah r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan…. Didengarya, ditampungnya lalu terpatri  dalam  ingatannya  hingga dihafalkannya,  hampir tak pemah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta eriwayatkannya.
Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw. mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan ketenararnya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw., hingga sering mereka mengeluarkan sebuah "hadits", dengan menggunakan kata-kata: -- "Berkata Abu Hurairah... "
Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw.  menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya:')
Di sana Abu Hurairah berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya……
******
Setiap anda mendengar muballigh atau penceramah atau khatib Jum'at mengatakan kalimat yang mengesankan dari Abu Hurairah r.a berkata ia, telah bersabda Rasulullah saw …..." Saya katakan ketika andamendengar nama ini dalam rangkaian kata tersebut, dan ketika anda banyak menjumpainya, yah banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits, sirah, fiqih serta kitab-kitab Agama pada umumnya, maka diketahuilah bahwa anda sedang menemui suatu pribadi, antara sekian banyak pribadi yang paling gemar bergaul dengan Rasulullah dan mendengarkan sabdanya…..Karena itulah perbendaharaannya yang menakjubkan dalam hal Hadits dan pengarahan-pengarahan penuh hikmat yang dihafalkannya dari Nabi·saw. jarang diperoleh bandingannya ... Dan dengan bakat pemberian Tuhan yang dipunyainya beserta perbendaharaan Hadits tersebut, Abu Hurairah merupakan salah seorang  paling mampu membawa anda ke hari-hari  kehidupan Rasulullah saw beserta para sahabatnya dan membawa anda berkeliling, asal anda beriman teguh dan berjiwa siaga, mengitari pelosok dan berbagai ufuk yang membuktikan kehebatan Muhammad saw. beserta shahabat-shahabatnya itu dan memberikan makna kepada kehidupan ini dan memimpinnya ke arah kesadaran dan pikiran sehat. Dan bila garis-garis yang anda hadapi ini telah menggerakkan kerinduan anda untuk mengetahui lebih dalam tentang Abu Hurairah dan mendengarkan beritanya, maka silakan anda memenuhi keinginan anda tersebut……
Ia adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya. Dari orang upahan menjadi induk semang atau majikan…..
Dari seorang yang terlunta-lunta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan ikutan …. ! Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa …. Inilah dia sekarang bercerita dan berkata: -
"Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin .... Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku · · ! Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian .... Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan ummat…..!"
***** *
Ia datang kepada Nabi saw di tahun yang ke tujuh Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan …. Dan semenjak ia bertemu dengan Nabi Saw; dan berbai'at kepadanya, hampir-hampir ia tidak berpisah lagi daripadanya kecuali pada saat-saat waktu tidur .... Begitulah berjalan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah saw. yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi. Kita katakan: "Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan, sampai kepada perbuatan dan pendengaran... !'          
*****
Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada Agama Allah.
Pahlawan perang dikalangan shahabat, banyak....
Ahli fiqih, juru da'wah dan para guru juga tidak sedikit ....
Tetapi lingkungan dan masyarakat memerlukan tulisan dan penulis. Di masa itu golongan manusia pada umumnya,jadi bukan hanya terbatas pada bangsa Arab saja, tidak mementingkan tulis menulis. Dan tulis menulis itu belum Lagi merupakan bukti kemajuan di masyarakat manapun.
Bahkan Eropah sendiri juga demikian keadaannya sejak kurun waktu yang belum lama ini. Kebanyakan dari raja-rajnya, tidak terkecuali Charlemagne sebagai tokoh utamanya, adalah orang-orang yang buta huruf, tak tahu tulis baca, padahal menurut ukuran masa itu, mereka memiIiki kecerdasan dan kemampuan besar....
*****
Kembali kita pada pembicaraan bermula untuk melihat Abu Hurairah, baganana ia dengan fitrahnya dapat menyelami kebutuhan masyarakat baru yang dibangun oleh Islam, yaitu kebutuhan akan orang-orang yang dapat melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajarannya. Pada waktu itu memang para shahabat yang mampu menulis, tetapi jumlah mereka sedikit sekali, apalagi sebagiannya tak mempunyai kesempatan untuk mencatat Hadits-hadits yang diucapkan oleh Rasul.
Sebenamya Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanya seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempata atau mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak punya perniagaan yang akan diurus....
Ia pun menyadari bahwa dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya .. Kemudian disadarinya pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan do'a Rasul ""·, agar pemilik bakat ini diberi Allah berkat.
Ia menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan karunia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian ....
****
Abu Hurairah bukan tegolong dalam barisan penulis, tetapi sebagaimana telah kita utarakan, ia adalahseorang yang terampil menghafal lagi kuat ingatan .... Karena ia tak punya tanah yang akan ditanami atau perniagaan yang akan menyibukkannya, ia tidak berpisah hengan Rasul, baik dalam perjalanan maupun di kala menetap....
Begitulah  ia  mempermahir  dirinya dan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal Hadits-hadits Rasulullah saw dan pengarahannya. Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul'Ala (wafat), Abu Hurairah terus-menerus menyampaikan Hadits hadits, yang menyebabkan sebagian shahabatnya merasa heran sambil bertanya-tanya di dalam hati, dari mana datangnya hadits-hadits ini, kapan didengarya dan diendapkannya dalam ingatannya ....
Abu Hurairah telah memberikan penjelasan untuk menghilangkan kecurigaan ini, dan menghapus keragu-raguan yang menulari putra shahabatnya, maka katanya: "Tuan-tuan telah mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali mengeluarkan Hadits dari Nabi saw.... Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu daripadanya masuk Islam, tak ada menceritakan hadits-hadits itu…..? Ketahuilah, bahwa shahabat-sahahabatku orang-orang Muhajirin itu, sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar, sedang shahabat-shahabatku orang-orang Anshar sibuk degan tanah pertanian mereka…..Sedang  aku adalah seorang miskin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain absen ...dan aku selalu ingat seandainya mereka lupa karena kesibukan...
Dan Nabi saw. pernah berbicara kepada kami di suatu hari, kata beliau:
"Siapa yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicraanku, kemudian ia meraihnya ke dirinya, maka ia takkan  terlupa  akan suatu pun dari apa yang  telah didengarya dari padaku,.. !"
Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar daripadanya ... ! Demi Allah kalau tidaklah karena adanya ayat di dalam Kitabullah niscaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikit jua pun! Ayat itu ialah:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh para pengutuk (Malaikat-malaikat) ….. !"
Demikianlah Abu Hurairah menjelaskan rahasia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah saw.
Yang pertama: karena ia melowongkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.
Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat....
Ketiga, ia menceritakannya bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya.  Kalau tidak dilakukannya berarti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya ... !
Oleh sebab itulah ia harus saja memberitakan, tak suatupun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya ... hingga pada suatu hari Amirul Mu'minin Umar berkata kepadanya: "Hendaklah kamu hentikan menyampaikan berita dari  Rasulullah!  Bila tidak, maka akan  kukembalikan  kau ke tanah Daus... !" (yaitu tanah kaum dan keluarganya).
Tetapi larangan ini tidaklah mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hanyalah sebagai pengukuhan  dari.suatu pandangan yang dianut oleh Umar, yaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali al-quran sampai ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan pikiran….
Al-quran adalah kitab suci Islam, Undang-undang Dasar dan kamus lengkapnya dan terlalu banyaknya' cerita tentang Rasulullah saw. teristimewa lagi pada tahun-tahun menyusul wafatnya Nabi saw., saat sedang dihimpunnya Al-Quran, dapat menyebabkan kesimpangsiuran dan campur-baur yang tidak berguna dan tak perlu terjadi ... !
Oleh karena ini, Umar berpesan: "Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran karena dia adalah kalam Allah…"'·. Dan katanya lagi : "Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal perbuatannya!"
Dan sewaktu beliau mngutus Abu Musa al-Asy'ari ke Irak ia berpesan,kepadanya: -- 'Sesungguhnya anda akan mendatangi suatu kaum yang dalam mesjid mereka terdengar bacaan al-quran seperti suara lebah. maka biarkanlah seperti itu dan jangan anda binbangkan merek adengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini….!"
Al-qur'an sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin keasliannya tanpa dirembesi oleh hal-hal lainnya….. Adapun hadits, maka umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah SAW dan merugikan Agama Islam…..
Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga ia tak hendak menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.
Demikianlah, setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadits yang pemah didengar dan ditangkapnya tetap saja disampaikan dan dikatakannya....
******
Hanya terdapat pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan bagi Abu Hurairah ini, karena seringnya ia bercerita dan banyaknya Haditsnya yaitu adanya tukang hadits yang lain yang menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul saw. dengan menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para shahabat tidak merasa puas terhadap sebagian besar dari Hadits-haditsnya. Orang itu namanya Ka'ab al-ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam.
*****
Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari Abu hurairah. Maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits-hadits  dari Rasusullah saw. Sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya  Abu  Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu itu yang telah  ditulis sekretarisnya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau agak sepatah kata pun ……..!
Ia berkata tentang dirinya: -- "Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak ..; ". Dan Imam Syafi'i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah: -- "la seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi Hadits sesamanya". Sementara Imam Bukhari menyatakan pula: --"Ada delapan  ratus orang atau lebih dari shahabat tabi'in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah".
Demikianlah Abu hurairah tak ubah bagai suatu perpustakaan besar yang telah ditaqdirkan kelestarian dan keabadiannya ....
Abu Wuiairah termasuk orang ahli ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan ibadat bersama isterinya dan anak-anaknya semalam-malaman secara bergiliran; mula-mula ia berjaga sambil shalat sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh isterinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh puterinya... " Dengan demikian, tak ada satu saat pun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah, melainkan berlangsung di sana ibadat, dzikir dan shalat!
Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasul saw. ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang diderita orang lain. Dan pernah ia menceritakan kepada kita bagaimana rasa lapar telah menggigit-gigit perutnya, maka diikatkannya batu dengan surbannya ke perutnya dan ditekannnya ulu hatinya dengan kedua tangannya, lalu terjatuhlah ia di mesjid rambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan, padahal sama sekali bukan .. .!
Semenjak ia menganut Islam tak ada yang memberatkan dan menekan perasaan Abu Huraiiah dari berbagai persoalan hidupnya ini, kecuali satu masalah yang hampir menyebabkannya tak dapat memejamkan mata. Masalah itu ialah mengenai ibunya, karena waktu itu ia menolak untuk masuk Islam .... Bukan hanya sampai di sana saja, bahkan ia menyakitkan perasaannya dengan menjelek-jelekkan Rasulullah di depannya…
Pada suatu hari ibunya itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagi Abu Hurairah tentang Rasulullah saw., hingga ia tak dapat menahan tangisnya dikarenakan sedihnya, lalu ia pergi ke mesjid Rasul....Marilah kita dengarkan ia menceritakan lanjutan berita kejadian itu sebagai berikut:
Sambil menangis aku datang kepada Rasulullah, lalu kataku: --''Ya Rasulallah, aku telah meminta ibuku masuk islam, Ajaranku itu ditolaknya, dan hari ini aku pun baru saja, memintanya masuk Islam. Sebagai jawaban ia malah mengeluarkan kata-kata yang tak kusukai terhadap diri Anda. Karenanya mohon anda du'akan kepada Allah kiranya ibuku itu ditunjuki-Nya kepada Islam…."
Maka Rasulullah saw. berdu'a: "Ya Alloh tunjukkilah ibu Abu Hurairah!"
Aku pun berlari mendapatkan ibuku untuk menyampaikan kabar gembira tentang du'a Rasulullah itu. Sewaktu sampai di muka pintu, kudapati pintu itu terkunci. Dari luar kedengaran hunyi gemercik air, dan suara ibu memanggilku: "Hai Abu Hurairah, tunggulah ditempatmu itu... !"
Di waktu ibu keluar ia memakai baju kurungnya, dan membalutkan selendangnya sambil mengucapkan: "Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan  'abduhu wa Rasuluh
Aku pun segera berlari menemui Rasulullah raw. sambil menangis karena gembira, sebagaimana dahulu aku menangis karena berduka, dan kataku padanya: "Kusampaikan kabar suka ya Rasulallah, bahwa Allah telah mengabullkan du'a anda ..., Allah telah menunjuki ibuku ke dalam islam ... ". Kemudian kataku pula: "Ya Rasulallah, mohon anda du'akan kepada Allah, agar aku dan ibuku dikasihi oleh orang-orang Mu'min, baik laki-laki maupun perempuan!" Maka Rasul berdu'a: "Ya Allah,  mohon  engkau jadikan hambu-Mu  ini beserta ibunya dikasihi oleh sekalian orang-orang Mumin, laki-laki dan perempuan ...!"
*****
Abu Hurairah hidup sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid ... tak pernah ia ketinggalan dalam perang, dan tidak pula dari ibadat. Di zaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai amir untuk daerah Bahrain, sedang Umar sebagaimana kita ketahui adalah seorang yang sangat keras dan teliti terhadap pejabat-pejabat yang diangkatnya.  Apabila ia mengangkat seseorang sedang ia mempunyai dua pasang pakaian maka sewaktu meninggalkan jabatannya nanti haruslah orang itu hanya mempunyai dua pasang pakaian juga…… malah lebih utama kalau ia hanya memiliki satu pasang saja! Apabila waktu meninggalkan jabatan itu terdapat tanda-tanda kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi Umar, sekalipun kekayaan itu berasal dari jalan halal yang dibolehkan syara'! Suatu dunia lain …. Yang diisi oleh Umar dengan hal-hal luar biasa dan mengagumkan… Rupanya sewaktu Abu Hurairah memangku jabatan sebagai kepala daerah Bahrain ia telah menyimpan harta yang berasal dari sumber yang halal. Hal ini diketahui oleh Umar, maka iapun dipanggilnya datang ke Madinah…...Dan mari kita dengarkan Abu Hurairah, memaparkan soal jawab ketus yang berlangsung antaranya dengan Amirul Mu'minin Umar: -- Kata Umar: - "Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah  mencuri harta Allah?'· Jawabku;.  "Aku bukan musuh Allah dan tidak pula musuh kitab-Nya ._.hanya aku menjadi musuh orang yang memusuhi keduanya dan aku bukanlah orang yang mencuri harta Allah . . !'·- Dari mana,kau peroleh sepuluh ribu itu? -- Kuda kepunyaanku beranak-pinak dan pemberian orang berdatangan ....   Kembalikan harta itu ke perbendaharaan negara (baitul maal)... !
Abu Hurairah menyerahkan hartanya itu kepada Umar, kemudian ia mengangkat tangannya ke arah langit sambil berdu'a: "Ya Allah, ampunilah Amirul Mu'minin
Tak selang beberapa lamanya. Umar memanggil Abu Hurairah kembali dan menawarkan jabatan kepadanya di wilayah baru. Tapi ditolaknya dan dimintanya maaf  karena tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya: -- "Kenapa, apa sebabnya?" Jawab Abu Hurairah: "Agar kehormatanku tidak sampai tercela, hartaku tidak dirampas, punggungku tidak dipukul... !"
Kemudian katanya lagi: "Dan aku takut menghukum tanpa ilmu dan bicara tanpa belas kasih ... !"
Pada suatu hari sangatlah rindu Abu Hurairah hendak bertemu dengan Allah .... Selagi orang-orang yang mengunjunginya mendu'akannya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri berulang-ulang memohan kepada Allah dengan berkata: "Ya Allah, sesungguhnya aku telah sangat rindu hendak bertemu dengan-Mu,
Semoga Engkau pun demikian ... !" Dalam usia 78 tahun, tahun yang ke-59 Hijriyah ia pun berpulang ke rahmatullah.
Di sekeliling orang-orang shaleh penghuni pandam pekuburan Baqi', di tempat yang beroleh berkah, di sanalah jasadnya dibaringkan ... ! Dan sementara orang-orang yang mengiringkan jenazahnya kembali dari pekuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya membaca Hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasul yang mulia……..
Salah seorang di antara mereka yang baru masuk islam bertanya kepada temannya: "Kenapa syekh kita yang telah berpulang ini diberi gelar Abu Hurairah (bapak kucing)? Tentutemannya yang telah mengetahui akan menjawabnya: ·'Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi, dan tatkala ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman. Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang
selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya ia diheri gelar "Bapak Kucing", moga-moga Allah ridla kepadanya dan menjadikannya ridla kepada Allah……..!


"Duta Islam Yang Pertama"

MUSH'AB BIN UMAIR


Mush'ab bin Umair salah seorang di antara para shahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kit, memulai kisah dengan pribadi-nya: Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan

Para muarrikh  dan  ahli  riwayat melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum"·
Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya· Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Mekah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa sebagai yang dialami Nlush'ab bin Umair.
Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Mekah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat sedemikian rupa hingga menjadi buah ceritera tentang keimanan, menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan Sungguh, suatu riwayat penuh pesona, riwayat Mush'ab bin Umair atau "Mush'ab yang balk", sebagai biasa digelarkan oleh Kaum Muslimin. Ia salah satu di antara pribadi-pribadi Muslimin yang ditempa oleh Islam dan dididik oleh Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tetapi corak pribadi manakah?
Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggaan bagi kemanusiaan umumnya.
Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Mekah mengenai Muhammad al-Amin ... Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai da'i yang mengajak ummat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa.

Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu, dan tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam serta Agama yang dibawanya, maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah.
Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar Sauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.
Keraguannya tiada berjalan lama, hanya sebentar waktu ia menunggu, maka pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah saw. sering berkumpul dengan para shahabatnya, tempat mengajamya ayat-ayat al-Quran dan membawa mereka shalat beribadat kepada Allah Yang Maha Akbar.
Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat al-Quran mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran pada kalbunya.
Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira. Tetapi Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh berkat dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang dan damai, tak obah bagai lautan yang teduh dan dalam.
Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas -- berlipat ganda dari ukuran usianya -- dan mempunyai kepekatan hati yang mampu merubah jalan sejarah ...!
Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat. la wanita yang disegani bahkan ditakuti.

Ketika Mush'ab menganut Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain  ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Mekah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.
Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak.
Kebetulan seorang yang bernama Usman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.
Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat al-Quran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut puteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai -- demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu  kian  berwibawa  dan  patut  diindahkan  --  menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.
Karena rasa keibuannya, ibunda Mush'ab terhindar memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanya dengan jalan lain. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya amat rapat.
Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat bebeuapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lain pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muhajirin, lain pulang ke Mekah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para shahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.
Balk di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush'ab di tiap saat dan tempat kian meningkat.
Ia telah selesai dan berhasil menempa corak kehidupannya menurut pola yang modelnya telah dicontohkan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam la merasa puas bahwa kehidupannya telah layak untuk dipersembahkan bagi pengurbanan terhadap Penciptanya Yang Maha Tinggi, Tuhannya Yang Maha Akbar ...

Pada suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah saw. Demi memandang Mush'ab, mereka sama menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai juSah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka -- pakaiannya sebelum masuk Lslam -- tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna warni dan menghamburkan bau yang wangi.
Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati, pada kedua bihirnya tersungging senyuman mulia, seraya bersabda:
Dahulu saya lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi daiam memperoleh k esenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalhannya semua itu demi cintanya hepada Allah dan Rasul-Nya.

Semenjak ibunya merasa putus asa untuk mengembalikan Mush'ab kepada agama yang lama, ia telah menghentikan segala pemberian yang biasa dilimpahkan kepadanya, bahkan ia tak sudi nasinya dimakan orang yang telah mengingkari berhala dan patut beroleh kutukan daripadanya, walau anak kandungnya sendiri.
Akhir pertemuan Mush'ab dengan ibunya, ketika perempuan itu hendak mencoba mengurungnya lagi sewaktu ia pulang dari Habsyi. Ia pun bersumpah dan menyatakan tekadnya untuk membunuh orang-orang suruhan ibunya bila rencana itu dilakukan. Karena sang ibu telah mengetahui kebulatan tekad puteranya yang telah mengambil satu keputusan, tak ada jalan lain baginya kecuali melepasnya dengan cucuran air mata, sementara Mush'ab mengucapkan selamat berpisah dengan menangis pula.
Saat perpisahan itu menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kekafiran fihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimanan dari fihak anak. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata: "Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi".
Maka Mush'ab pun menghampiri ibunya sambil berkata: !'Wahai bunda! Telah anakanda sampaikan nasihat kepada bunda, dan anakanda menaruh kasihan kepada bunda. Karena itu saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya".
Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut: "Demi bintang! Sekali-kali aku takkan masuk ke dalam Agamamu itu.
Otakku bisa jadi rusak, dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi".

Demikian Mush'ab meninggalkari kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda ganteng dan perlente itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar.
Tapi jiwanya yang telah dihiasi dengan 'aqidah suci dan cemerlang berkat sepuhan Nur Ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani ...
Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan bai'at kepada Rasulullah di bukit 'Aqabah. Di samping itu mengajak orang-orang lain untuk menganut Agama-Allah, serta mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijratul Rasul sebagai peuistiwa besar.
Sebenamya di kalangan shahabat ketika itu masih banyak yang lebih tua, lebih beupengarub dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada "Mush'ab yang baik".
Dan bukan tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu, dan menyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota Madinah, suatu kota yang tak lama lagi akan menjadi kota tepatan atau kota hijrah, pusat para da'i dan da'wah, tempat berhimpunnya penyebar Agama dan pembela al-Islam.
Mush'ab memikul amanat itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa fikiran yang cerdas dan budi yang luhur.
Dengan sifat zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka beuduyun-duyun masuk Islam.

Sesampainya di Madinah, didapatinya Kaum Muslimin di sana tidak lebih dari dua belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah bai'at di bukit 'Aqabah. Tetapi tiada sampai beberapa bulan kemudian, meningkatlah orang yang sama-sama memenuhi panggilan Allah dan Rasul-nya.
Pada musim haji berikutnya dari perjanjian 'Aqabah, Kaum Muslimin Madinah mengirim perutusan yang mewakili mereka menemui Nabi. Dan perutusan itu dipimpin oleh guru mereka, oleh duta yang dikirim Nabi kepada mereka, yaitu Mush'ab bin Umair.
Dengan tindakannya yang tepat dan bijaksana, Mush'ab bin Umair telah membuktikan bahwa pilihan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam atas dirinya itu tepat. Ia memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak terlanjur melampaui batas yang telah ditetapkan.
la sadar bahwa tugasnya adalah  menyerLi kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu Agama yang mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus. Akhlaqnya mengikuti pola hidup Rasulullah yang diimaninya, yang mengemban kewajiban hanya menyampaikan belaka ....
Di Madinah Mush'ab tinggal sebagai tamu di rumah As'ad bin Zararah. Dengan didampingi As'ad, ia pergi mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat-tempat pertemuan, untuk membacakan ayat-ayat; Kitab Suci dari Allah, menyampaian kalimattullah "bahwa Allah Tuhan Maha Esa" secara hati-hati.
Pernah ia menghadapi beberapa peristiwa yang mengancam keselamatan diri serta shahabatnya, yang nyaris celaka kalau tidak karena kecerdasan akal dan kebesaran jiwanya. Suatu hari, ketika ia sedang memberikan petuah kepada orang-orang, tiba-tiba disergap Usaid bin Hudlair kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menodong Mush'ab dengan menyentakkan lembingnya. Bukan main marah dan murkanya Usaid, menyaksikan Mush'ab yang dianggap akan mengacau dan menyelewengkan anak buahnya dari agama mereka, serta mengemukakan Tuhan Yang Maha Esa yang belum pernah mereka kenal dan dengar sebelum itu. Padahal menurut anggapan Usaid, tuhan-tuhan mereka yang bersimpuh lena di tempatnya masing-masing mudah dihubungi secara kongkrit. Jika seseorang memerlukan salah satu di antaranya, tentulah ia akan mengetahui tempatnya dan segera pergi mengunjunginya untuk memaparkan kesulitan serta menyampaikan permohonan.
Demikianlah yang tergambar dan terbayang dalam fikiran suku Abdul Asyhal.
Tetapi Tuhannya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam -- yang diserukan beribadah kepada-Nya -- oleh utusan yang datang kepada mereka itu, tiadalah yang mengetahui tempat-Nya dan tak seorang pun yang dapat melihat-r\jya.

Demi dilihat kedatangan Usaid bin Hudlair yang murka bagaikan api sedang berkobar kepada orang-orang Islam yang duduk beusama Mush'ab, mereka pun merasa kecut dan takut.
Tetapi "Mush'ab yang baik" tetap tinggal tenang dengan air muka yang tidak berubah.

Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid berdiri di depan Mush'ab dan As'ad bin Zararah, bentaknya: "Apa maksud kalian datang ke kampung kami ini, apakah hendak membodohi rakyat kecil kami? Tinggalkan segera tempat ini, jika tak ingin segera nyawa kalian melayang!"
Seperti tenang dan mantapnya samudera dalam..., laksana terang dan damainya cahaya fajar ...,terpancarlah ketulusan hati "Mush'ab yang baik", dan bergeraklah lidahnya mengeluarkan ucapan halus, katanya: "Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!"
Sebenamya Usaid seorang berakal dan berfikiran sehat. Dan sekarang ini ia diajak oleh Mush'ab untuk berbicara dan meminta petimbangan kepada hati nuraninya sendiri. Yang dimintanya hanyalah agar ia bersedia mendengar dan bukan lainnya. Jika ia menyetujui, ia akan membiarkan Mush'ab, dan jika tidak, maka Mush'ab berjanji akan meninggalkan kampung dan masyarakat mereka untuk mencari tempat dan masyauakat lain, dengan tidak merugikan ataupun dirugikan orang lain.
"Sekarang saya insaf", ujar Usaid, lalu menjatuhkan lembingnya ke tanah dan duduk mendengarkan. Demi Mush'ab membacakan ayat-ayat al-Quran dan menguraikan da'wah yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah saw., maka dada Usaid pun mulai terbuka dan bercahaya, beralun berirama mengikuti naik turunnya suara serta meresapi keindahannya Dan belum lagi Mush'ab selesai dari uraiannya. Usaid pun berseru kepadanya dan kepada shahabatnya: "Alangkah indah dan benarnya ucapan itu .. ·! Dan apakah yang barns dilaknkan oleb orang yang hendak masuk Agama ini?" Maka sebagai jawabannya gemuruhlah suara tahlil, serempak seakan hendak menggoncangkan bumi. Kemudian ujar Mush'ab: "Hendaklah ia mensucikan diri, pakaian dan badannya, serta bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah".
Beberapa lama Usaid meninggalkan mereka, kemudian kembali sambil meme·ras air dari rambutnya, lain ia berdiri sambil menyatakan pengakuannya bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah ….
Secepatnya berita itu pun tersiarlah. Keidaman Usaid disusul oleh kehadiran Sa'ad bin Mu'adz. Dan setelah mendengar uraian Mush'ab, Sa'ad merasa puas dan masuk Islam pula.
Langkah ini disusul pula oleh Sa'ad bin 'Ubadah. Dan dengan keislaman mereka ini, berarti selesailah persoalan dengan berbagai suku yang ada di Madinah. Warga kota Madinah saling berdatangan dan tanya-bertanya sesama mereka: "Jika Usaid bin Hudlair, Sa'ad bin 'Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz telah masuk Islam, apalagi yang kita tunggu .... Ayolah kita pergi kepada Mush'ab dan beriman bersamanya! Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celab giginya!"

Demikianlah duta Rasulullah yang pertama telah mencapai hasil gemilang yang tiada  taranya,  suatu  keberhasilan  yang memang wajar dan layak diperolehnya· Hari-hari dan tahun-tahun pun berlalu, dan Rasulullah bersama para shahabatnya hijral ke Madinah.
Orang-orang Quraisy semakin geram dengan dendamnya, mereka menyiapkan tenaga untuk melanjutkan tindakan kekerasan terhadp hamba-hamba Allah yang shalih. Terjadilah perang Badar dan kaum Quraisy pun beroleh pelajaran pahit yang menghabiskan sisa-sisa fikiran sehat mereka, hingga mereka berusaha untuk menebus kekalahan. Kemudian datanglah giliran perang Uhud, dan Kaum Muslimin pun bersiap-siap mengatur barisan. Rasulullah berdiri di tengah barisan itu, menatap setiap wajah orang beriman menyelidiki siapa yang sebaiknya membawa bendera. Maka terpanggillah "Mush'ab yang baik", dan pahlawan itu tampil sebagai pembawa bendera.
Peperangan berkobar lalu berkecamuk dengan sengitnya. Pasukan panah melanggar tidak mentaati peraturan Rasulullah, mereka meninggalkan kedudukannya di celah bukit setelah melihat orang-orang musyrik menderita kekalahan dan mengundurkan diri. Perbuatan mereka itu secepatnya merubah suasana, hingga kemenangan Kaum Muslimin beralih menjadi kekalahan.
Dengan tidak diduga pasukan berkuda Quraisy menyerbu Kaum Muslimin daui puncak bukit, lalu tombak dan pedang pun berdentang bagaikan mengamuk, membantai Kaum Muslimin yang tengah kacau balau. Nlelihat barisan Kaum Muslimin porak poranda, musuh pun menujukan st?rangan ke arah Rasulullah dengan maksud menghantamnya.
Mush'ab bin Umair menyadari suasana gawat ini. Maka diacungkannya bendera setinggi-tingginya dan bagaikan ngauman singa ia bertakbir sekeras-kerasnya, lain maju ke muka, melompat, mengelak dan berputar lalu menerkam. Minatnya tertuju untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam   Dengan  demikian dirinya pribadi bagaikan membentuk bauisan tentara ...
Sungguh, walaupun seorang diri, tetapi Mush'ab beutempur laksana pasukan tentara besar .... Sebelah tangannya memegang bendera bagaikan tameng kesaktian, sedang yang sebelah lagi menebaskan pedang dengan matanya yang tajam .... Tetapi musuh kian bertambah banyak juga, mereka hendak menyeberang  dengan  menginjak-injak  tubuhnya  untuk  mencapai Rasulullah .
Sekarang marilah kita perhatikan saksi mata, yang akan menceriterakan saat-saat terakhir pahlawan besar Mush'ab bin Umair.
Berkata Ibnu Sa'ad: "Diceriterakan kepada kami oleh Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al-'Abdari dari bapaknya, ia berkata:

Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera di Perang Uhud. Tatkala barisan Kaum Muslimin pecah, Mush'ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah seorang musuh berkuda, Ibnu &umaiah namanya, lalu menebas tangannya  hingga putus, sementara Mush'ab mengucapkan:
Muhammad itu tiada lain hanyaIah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul': Maka dipegangnya bendera dengan tangan hirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mushab membungkuk ke arah bendera,
lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya  he  dada sambil mengucaphan:  "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasulj dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul': Lalu orang berkuda itu  menyerangnya  ketiga kali dengan tombak,  dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mushab pun gugur, dan bendera jatuh "

Gugurlah Mush'ab dan jatuhlah bendera .... Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada .... Dan hal itu dialaminya setelah dengan keberanian luar biasa mengarungi kancah pengurbanan dan keimanan. Di saat itu Mush'ab berpendapat bahwa sekiranya ia gugur, tentulah jalan para pembunuh akan terbuka lebar menuju Rasulullah tanpa ada pembela yang akan mempertahankannya. Demi cintanya yang tiada terbatas kepada Rasulullah dan cemas memikirkan nasibnya nanti, ketika ia akan pergi berlalu, setiap kali pedang jatuh menerbangkan sebelah tangannya, dihiburnya dirinya dengan ucapan: "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul"
Kalimat yang kemudian dikukuhkan sebagai wahyu ini selalu diulang dan dibacanya sampai selesai, hingga akhirnya menjadi ayat al-Quran yang selalu dibaca orang ....
Setelah  pertempuran  usai,  ditemukanlah jasad pahlawan ulung yang syahid itu terbaring dengan wajah menelungkup ke tanah digenangi darahnya yang mulia ....Dan seolah-olah tubuh yang telah kaku itu masih takut menyaksikan bila Rasulullah ditimpa bencana, maka disembunyikannya wajahnya agar tidak melihat peristiwa yang dikhawatirkan dan ditakutinya itu.

Atau mungkin juga ia merasa main karena telah gugur sebelum hatinya tenteram beroleh kepastian akan keselamatan Rasulullah, dan sebelum ia selesai menunaikan tugasnya dalam membela dan mempertahankan Rasulullah sampai berhasil.
Wahai Mush'ab cukuplah bagimu  ar-Rahman ....
Namamu harum semerbak dalam kehidupan ....
Rasulullah bersama para shahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya. Berkata Khabbah ibnul'Urrat:

"Kami hijrah di jalan Allah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengharap keridhaan-Nya, hingga pastilah sudah pahala di sisi Allah. Di antara hami ada yang telah berlalu sebelum menikmati' pahalanya di dunia ini sedihit pun juga. Di antaranya ialah Mush'ab bin Umair yang tewa s di perang Uhud. Tak sehelai pun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Maka sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan dahinya tutupilah delagan rumput idzkhir!"
Betapa pun luka pedih dan duka yang dalam menimpa Rasulullah  karena gugur pamanda Hamzah dan dirusak tubuhnya oleh orang-orang musyrik demikian rupa, hingga bercucurlah air mata Nabi .... Dan betapapun penuhnya medan laga dengan mayat para shahabat dan kawan-kawannya, yang masing-masing mereka baginya merupakan panji-panji ketulusan, kesucian dan cahaya .... Betapa juga semua itu, tapi Rasulullah tak melewatkan berhenti sejenak dekat jasad dutanya yang pertama, untuk melepas dan mengeluarkan isi hatinya .... Memang, Rasulullah berdiri di depan Mush'ab bin Umair dengan pandangan mata yang pendek bagai menyelubunginya dengan kesetiaan dan kasih sayang, dibacakannya ayat:
Di antara orang-orang Mu inin terdapat pahlawan-pahlawan yang telah menepati janjinya dengan Allah.(Q.S. 33 al-Ahzab: 23)

Kemudian dengan mengeluh memandangi burdah yang digunakan untuk kain tutupnya, seraya bersabda:
Ketika di Mekah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadamu. Tetapi seharang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah.

Setelah  melayangkan pandang, pandangan sayu ke arah medan serta para syuhada kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru:
Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari qiamat, bahwa tuan-tuan semua adalah syuhada di sisi Allah.

Kemudian sambil berpaling ke arah shahabat yang masih hidup, sabdanya:
Hai manusia! Berziarahlah dan berltunjunglah kepada mereka, serta ucaphanlah salam Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari qiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereha akan mem balasnya.
Salam atasmu wahai Mush'ab ....
Salam atasmu sekalian, wahai para syuhada ....
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
 


UMEIR BIN SA'AD


"Tokoh Yang Tak Ada Duanya"

 

Masih ingatkah anda sekalian akan Sa'id bin Amir ...?

Yaitu seorang zahid dan abid yang selalu melindungkan dirinya kepada Allah, yang telah diminta oleh Amirul Mu'minin Umar untuk menjadi gubernur dan kepala daerah Syria ... ?

Pada bahasan tokoh sebelumnya telah kita bicarakan dan kita saksikan hal-hal mena'ajubkan mengenai keshalehan, ketinggian akhlak dan sifat zuhudnya ... !

Nah, sekarang pada lembaran-lembaran ini kita akan bertemu pula dengan saudara, bahkan saudara kembarnya, baik dalam keshalehan, maupun dalam ketinggian akhlak dan sifat zuhud itu, begitupun dalam kebesaran jiwa yang jarang tandingannya.

Ia adalah Umeir bin Sa'ad! Kaum Muslimin memberinya gelar "Tokoh yang tak ada duanya". Cukup kiranya meyakinkan, bahwa gelar ini diberikan secara bulat oleh para shahabat Rasul yang sama-sama mempunyai kelebihan, pengertian dan cahaya kebenaran

Ayahnya Sa'ad al-Qari radhiallahu anhu  ikut menyertai Rasulullah dalam perang Badar dan peperangan-peperangan lain sesudahnya, serta setia memegang janjinya, sampai ia kembali menemui Allah karena gugur sebagai syahid di pertempuran Qadisiah melawan Persi. Dibawanya anaknya sewaktu datang kepada Rasulullah hingga anak itu pun turut bai'at dan masuk Islam ....

Semenjak Umeir memeluk Islam, dan menjadi ahli ibadah yang tidak berpisah dari mihuab mesjid, ia meninggalkan segala kemewahan dan pergi bernaung ke bawah sakinah atau ketenangan.

Sukarlah anda akan menemukannya di barisan pertama ..., kecuali pada jama'ah shalat, memang ia mempertahankan shaf yang pertama itu untuk mengejar pahala barisan muka...dan di medan jihad, ia selalu bergegas mengejar barisan terdepan, karena ia selalu mendambakan diri untuk mendapatkan syahid.

Selain dari hal-hal seperti itu, maka ia tetap tekun memperbanyak amal kebaikan, kepemurahan, keutamaan serta ketakwaan....

Ia seorang yang cepat menyadari kesalahan dan sering menangisi dosanya ... ! Seorang yang tiada terpikat oleh harta dunia dan selalu mencari jalan kembali kepada Tuhannya....

Seorang musafir yang merindukan pulang kepada Allah, dalam setiap perjalanan dan di setiap pemukiman ....

Sungguh, Allah telah menjadikan hati para shahabat lainnya kasih-sayang kepadanya, hingga ia pun menjadi buah hati dan tumpuan kasih mereka. Semua itu karena kekuatan imannya, kebersihan Jlwanya, ketenangan jalan hidupnya, keharuman akhlaqnya, dan kecemerlangan penampilannya, menerbitkan kegembiraan dan kenangan bagi setiap orang yang menggauli atau melihatnya. Dan tak, seorang atau satu pun yang diutamakannya lebih dari Agamanya ... !

Pada suatu hari didengarnya Jullas bin Suwaid bin Shamit, yang masih jadi kerabatnya, sedang berbincang-bincang di rumahnya, katanya: "Seandainya laki-laki ini memang benar, tentulah kita ini lebih jelek dari keledai-keledai ... !" yang dimaksudkan dengan laki-laki di sini ialah Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  Sedang Jullas sendiri termasuk di antara orang-orang yang memeluk Islam karena terbawa-bawa keadaan.

Sewaktu Umeir bin Sa'ad mendengar kata-kata tersebut, bangkitlah kemarahan dan kebingungan dalam hatinya yang biasa tenang dan tenteram itu. Kemarahan disebabkan oleh seorang yang telah mengaku menganut Islam berani merendahkan Rasul dengan kata-kata yang keji itu ....Dan kebingungan karena fikirannya berjalan cepat tentang tanggung jawabnya terhadap apa yang telah didengarnya dan tak dapat diterimanya .... Akan disampaikannyalah segala apa yang telah didengarnya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  Bagaimana caranya, padahal ia harus bersifat jujur dalam mengemukakannya ... ? Ataukah ia akan berdiam diri saja lalu memendam di dalam dadanya semua yang didengarnya ... ? Bagaimana      ? Dan di mana letak kebenaran penunaian dan cinta setianya kepada Rasul, yang telah membimbing mereka dari kesesatan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan ... ? Tetapi kebingungannya tidaklah berjalan lama, karena jiwa yang tulus selalu menemukan jalan keluar bagi penyelesaiannya ... ! Dan dengan segera Umeir berubah menjadi seorang laki-laki perkasa dan Mu'min yang taqwa ..., maka ia pun menghadapkan pembicaraan kepada Jullas bin Suwaid, katanya: "Demi Allah, hai Jullas! Engkau adalah orang yang paling kucintai, dan yang paling banyak berjasa kepadaku, dan yang paling tidak kusukai akan ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan ... ! Sungguh, engkau telah melontarkan sesuatu ucapan, seandainya ucapan itu kusebarkan dan sumbernya daripadamu, niscaya akan menyakitkan hatimu..... Tetapi andainya kubiarkan saja kata-kata itu, tentulah Agamaku akan binasa padahal haq Agama itu lebih utama ditunaikan. Dari itu aku akan menyampaikan apa yang kudengar kepada Rasulullah ... !"

Demikianlah  Umeir telah  memenuhi keinginan hatinya yang shaleh secara sempurna .... Pertama ia telah menunaikan haq majlis sesuai dengan amanat, dan dengan jiwanya yang besar membebaskan diri dari berperan sebagai orang yang mendengar-dengarkan kata orang lalu menyampaikannya kepada orang lain. Kedua itu telah menunaikan haq Agamanya yaitu dengan menyingkapkan sifat kemunafikan yang meragukan. Dan ketiga ia telah memberi kesempatan kepada Jullas untuk kembali dari kesalahan dan memohon ampun kepada Aliah atas kekeliruannya, yakni sewaktu secara terus terang dikatakannya kepadanya, bahwa persoalan ini akan disampaikannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam  Seandainya ia sedia bertaubat dan memohon ampun, maka hati Umeir akan lega karena tak perlu lagi meneruskannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam.

Tetapi rupanya Jullas telah dipengaruhi betul-betul oleh rasa sombong dengan dosanya itu, dan tidak ada perasaan menyesal sedikitpun atau keinginan untuk bertaubat. Hingga terpaksalah Umeir meninggalkan mereka, katanya: "Akan kusampaikan kepada Rasulullah sebelum Tuhan menurunkan wahyu yang melibatkan diriku dengan dosamu ... !"

Rasulullah setelah mendapat laporan dari Umeir mengirimkan orang mencari Jullas, tetapi setelah Jullas dihadapkan ia mengingkari katanya itu, bahkan ia mengangkat sumpah palsu atas nama Allah ... ! Tetapi ayat al-Quran telah datang memisahkan antara yang haq dengan yang bathil:

"Mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan nama Allah,  bahwa mereka tidah mengatahan sesuatu (yang menyakitkan hatimu). Padahal mereha telah mengucapkan kata-kata kufur, dan mereka telah kafir sesudah Islam, serta  mereka  mencita-citakan  sesuatu yang tak  dapat mereka capai .... Dan tak ada yang menimbulkan dendam kemarahan mereka hanyalah lantaran Allah dan Rasul-Nya telah   menjadikan   mereka   berkecukupan  disebabkan karunia-Nya .. . . Seandainya mereha bertaubat, maka itulah yang terlebih baik bagi mereka, dan seandainya mereka berpaling, Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan ahhirat. Mereka tidak akan mempunyai pembela maupun penolong di muka bumi" (Q.S. At-Taubah:74)

Dengan turunnya ayat Quran ini, terpaksalah Jullas mengakui pembicaraannya, dan meminta ampun atas kesalahannya, teristimewa di kala diperhatikannya ayat yang mulia yang memutuskan menghinakannya, tetapi di saat yang sama menjanjikan rahmat Allah seandainya ia bertaubat dan mencabut kata-katanya: "Maka seandainya mereka bertaubat, itulah yang terlebih baik untuk mereka... !"

Dan karenanya tindakan Umeir ini menjadi kebaikan dan berkat kepada Jullas, hingga ia bertaubat dan setelah itu keislamannya menjadi baik .... Nabi memegang telinga Umeir dan berkata kepadanya sambil memuaskan hatinya dengan pujian-pujian:

"Hai anak muda, sungguh nyaring telingamu ... dan Tuhanmu membenarkan tindakanmu ... !"

Aku sungguh beruntung sekali dapat menemukan Umeir untuk pertama kali, semenjak aku menulis buku mengenai Umar bin Kbattbab mulai empat tahun yang lain. Kisahnya bersama Amirul Mu'minin  Umar sungguh mempesonakanku, hingga rasanya tak ada lagi cerita lain yang lebih mempesona dari itu .... Nah, cerita inilah sekarang yang akan kupaparkan kepada anda sekalian, agar anda ikut menyaksikan suatu kebesaran istimewa dalam kecemerlangan yang mengagumkan.

Anda tahu bahwa Amirul Mu'minin Umar radhiallahu anhu  selalu berhati-hati memilih para gubernurnya, seolah-olah ia memilih orang-orang yang sama mutunya dengan dirinya.... Ia selalu memilihnya dari orang-orang yang zuhud dan shaleh, dan orang-orang yang dipercaya dan jujur ... yang tidak mengejar pangkat atau kedudukan bahkan tak hendak menerima jabatan tersebut kecuali karena  Amirul Mu'minin memaksanya untuk menjabatnya ....

Sekalipun pandangan tajam dan pengalamannya luas, namun dalam memilih gubernur-gubernur dan pembantu-pembantu utamanya ini beliau selalu menimbangnya dalam waktu yang panjang dan mengamatinya dengan teliti. Beliau selalu mengulang-ulang pesan atau fatwanya yang mengesankan itu sebagai berikut:

"Aku menginginkan seorang laki-laki bila ia berada dalam suatu kaum, padahal is adalah rakyat biasa, tetapi menonjol seolah-olah ia lah pemimpinnya .... Dan bila ia berada di antara mereka sebagai peinimpinnya, ia menampakkan diri sebagai rakyat biasa .... Aku menghendaki seorang gubernur yang tidak membedakan dirinya dari manusia kebanyakan dalam soal pakaian, makanan dan tempat tinggal....Ditegakkannya shalat di tengah-tengah mereka...berbagi rata dengan mereka berdasarkan yang haq ...dan tak pernah ia menutup pintunya untuk menolak pengaduan Mereka ...!"

Maka berdasarkan norma-norma dan peraturan yang keras inilah, ia di suatu hari memilih Umeir bin Sa'ad untuk menjadi gubernur di Hems. Umeir berusaha menolak dan melepaskan diri dari jabatan tersebut tetapi sia-sia, karena Amirul Mu'minin tetap mengharuskan dan memaksanya untuk menerimanya...,

Umeir pun memohon kepada Allah petunjuk dengan shalat istikharah, dan kemudian melaksanakan tugas kewajibannya....

Dan setelah berjalan setahun masa jabatannya di Hems itu, tak ada hasil pemungutan pajak Yang sampai ke Madinah .... Bahkan tak ada sepucuk surat pun yang datang kepada Amirul Mu'minin daripadanya....

Amirul Mu'minin memanggil penulisnya, katanYa: "Tulislah surat kepada Umeir agar ia datang pada kita!"

Maka di sinilah saya akan meminta keidzinan anda untuk melaporkan pertemuan di antara Umar dan Umeir, sebagaimana tercantum dalam buku saya "Di hadapan Umar", sebagai berikut:

"Di suatu hari jalan-jalan kota Madinah menyaksikan seorang laki-laki dengan rambut kusut dan tubuh berdebu. Ia diliputi kelelahan karena berjalan jauh. Langkah-langkahnya seakan-akan tercabut dari tanah disebabkan Iamanya kepayahan dalam perjalanan, dan tenaganya yang sudah habis terkuras....Di atas pundak kanannya terdapat buntil kulit dan sebuah piring · · sedang di pundak kirinya kendi berisi air ... ! Ia bertelekan pada sebuah tongkat, yang tidak akan terasa berat bila dibawa oleh orang yang kurus dan lemah .... menghampiri majlis Umar dengan langkah yang gontai, lain ucapnya: "Assalamu'alaikum ya Amirul Mu'minin .. .!" Umar membalas salamnya kemudian menanyainya. Hatinya sedih melihatnya dalam kedaan payah dan letih itu. "Apa kabar hai Umeir?" Jawab Umeir: "Keadaanku sebagaimana yang anda lihat sendiri ....

Bukankah anda melihat aku berbadan sehat dan berdarah bersih, dan dunia di tanganku yang dapat kukendalikan semauku ..."

- Apa yang kamu bawa itu? -- Yang kubawa ialah buntil atau bungkusan tempat membawa;bekal ..., piring tempat aku makan, kendi tempat air minum dan wudlu, kemudian tongkat untuk bertelekan dan guna melawan musuh jika datang menghadang .... Demi Allah, dunia ini tak lain hanyalah pengikut bagi bekal kehidupanku ... ! -- Apakah anda datang dengan berjalan kaki? -- Benar! -- Apa tak ada orang yang mau memberikan binatang kendaraannya untuk kamu tunggangi ...?

- Mereka tidak menawarkan dan aku tidak pula memintanya.
-Apa yang kamu lakukan mengenai tugas yang kami berikan padamu? -- Aku telah mendatangi negeri yang anda titahkan itu.

Orang-orang shaleh di antara penduduknya telah kukumpulkan.

Kuangkat mereka mengurus pemungutan pajak dan kekayaan negara.  Bila  telah  terkumpul,  kupergunakan  kembali  pada tempatnya yang wajar untuk kepentingan merka. Dan kalau ada kelebihan, tentulah sudah kukirimkan ke sini ... ! – Kalau begitu kau tak membawa apa-apa untuk kami? -- Tidak ... !"

Maka berserulah Umar dalam keadaan bangga dan berbahagia: "Tetapkan kembali jabatan gubernur bagi Umeir ... !" yang dijawab oleh Umeir dengan mengelakkan diri secara bersungguh-sungguh, katanya: "Masa yang demikian itu telah berlalu... aku tak hendak menjadi pegawai anda lagi, atau pegawai pejabat setelah anda... !"

Cerita ini bukanlah skenario yang kami atur sendiri, dan bukan pula cerita yang dibuat-buat ... tetapi benar-benar peristiwa sejarah yang pada suatu masa pernah disaksikan oleh bumi Madinah selaku ibu kota Islam yakni di saat-saat kejayaan dan kebesarannya. Maka dari tipe golongan manakah tokoh-tokoh utama dan luar biasa itu ... ?

Selalulah Umar radhiallahu anhu  mengangankan dan mengatakan: "Aku ingin sekali mempunyai beberapa orang laki-laki yang seperti Umeir akan jadi pembantuku untuk melayani Kaum Muslimin

Sebabnya, Umeir yangdilukiskan oleh para shahabatnya sebagai "tokoh yang tak ada duanya" benar-benar telah meningkat naik dan dapat mengatasi kelemahan dirinya selaku manusia berhadapan dengan harta benda dunia dan kehidupan yang penuh dengan onak dan duri ini .... Di waktu ia diharuskan melaksanakan pemerintahan dan pemimpin, maka kedudukannya yang tinggi itu hanya semakin menambah sifat wara' dari orang  suci  ini,  dengan  perkembangan,  pertumbuhan dan kecemerlangan....

Ketika ia menjabat sebagai gubernur di Hems itu ia telah menggariskan tugas kewajiban seorang kepala pemerintahan Islam dalam kata-kata yang selalu diutarakannya dalam menggembleng Kaum Muslimin dari atas mimbar. Kata-kata itu demikian bunyinya:

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Islam mempunyai dinding teguh dan pintu yang kukuh · · · · Dinding Islam itu ialah keadilan ... sedang pintunya ialah kebenaran...

Maka apabila dinding itu telah dirobohkan, dan pintunya didobrak orang, Islam pun akan dapat dikalahkan. Islam akan senantiasa kuat selama pemerintahannya kuat. Kekuatan pemerintah tidak terletak dalam angkatan perang, atau keperkasaan angkatan kepolisian…Tetapi dalam realita pelaksana, melaksanakan segala ketentuan dengan jujur dan benar disertai menegakkan keadilan ... !"

Dan sekarang dalam kita melepas Umeir ...dan menghormatinya dengan penuh kebesaran dan hati yang khusyu', marilah kita menundukkan kepala dan kening kita: -- Bagi sebaik-baik guru, yaitu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam        Bagi ikutan orang-orang taqwa, yakni Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam  .... Bagi pembawa rahmat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia sepanjang hayatnya

Semoga shalawat dan salam-Nya terlimpah kepadanya....Begitu pun ucapan selamat dan berkah-Nya . . .Semoga terlimpah pula salam atas keluarganya yang suci .... Begitupun terlimpah atas para shahabatnva yang terpuji ... !